Benarkah Binatang Juga Dihisab?


TENTUNYA setiap muslim meyakini bahwa setiap dari kita akan dibangkitkan dikumpulkan pada hari kiamat untuk dihisab mengenai apa-apa saja yang telah kita lakukan di dunia ini. Jika kita dihisab, lalu bagaimana dengan binatang? Benarkah binatang juga dihisab?

Semua binatang akan dibangkitkan oleh Allah dan dikumpulkan sebagaimana firman Allah dalam al-Quran.

“Apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (QS. at-Takwir: 5)

Allah juga berfirman,

Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan. (QS. al-An’am: 38).

Juga disebutka dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Semua makhluk akan dikumpulkan pada hari kiamat, binatang, hewan liar, burung-burung, dan segala sesuatu, sehingga ditegakkan keadilan Allah, untuk memindahkan tanduk dari hewan hewan bertanduk ke yang tidak bertanduk (lalu dilakukan qishas). Kemudian Allah berfirman, “Kalian semua, jadilah tanah.” Di saat itulah orang kafir mengatakan, “Andai aku jadi tanah.” (HR. Hakim 3231 dan dishahihkan ad-Dzahabi).

Ternyata binatang dibangkitkan oleh Allah, bukan untuk dihisab amalnya, melainkan mereka dikumpulkan untuk diadili dengan dilakukan qishas, pembalasan untuk kedzaliman yang mereka dapatkan ketika di dunia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh semua hak akan dikembalikan kepada pemiliknya pada hari kiamat. Sampai diqishas kambing yang tidak bertanduk kepada kambing yang bertanduk.” (HR. Ahmad 7404 & Muslim 6745)

An-Nawawi menjelaskan hadis ini,

Hadis ini merupakan dalil tegas bahwa binatang akan dikumpulkan pada hari kiamat, dan dibangkitkan pada hari kiamat. Sebagaimana para mukallaf di kalangan manusia dibangkitkan. Sebagaimana pula anak kecil yang mati, orang gila, dan orang yang belum mendapatkan dakwah, mereka juga dibangkitkan. (Syarh Shahih Muslim, 16/136)

Mengapa mereka diqishas, sementara mereka bukan mukallaf?

An-Nawawi menjelaskan,

Qishas untuk hewan yang tidak bertanduk kepada hewan yang bertanduk, bukan qishas karena mereka mendapat beban syariat. Karena binatang tidak diberi beban syariat. Tapi qishas pembalasan. (Syarh Shahih Muslim, 16/137). [hd/islampos]

Share:

Berdzikir dengan Asmaul Husna: Ar-Rahman Ar-Rahim


MENGENAL 99 Asmaul Husna atau nama-nama Allah yang dimulai dari sifat Ar-Rahman, lalu Ar-Rahim. Sedangkan arti kata dari Ar-Rahman ialah yang Maha Pemurah, dan arti dari Ar-Rahim ialah yang Maha Penyayang. Hal ini menunjukan bahwa Allah SWT senantiasa memberikan kemurahan dan limpahan kasih sayangNya kepada hamba-hambaNya. Yang termaktub dalam ayat-ayat Al-Quran, sebagai berikut:

Terdapat dalam bacaan Basmallah, “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,” (QS Al-Fatihah: 1).

“Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang,” (QS Al-Fatihah: 3).

“Dan Rabbmu adalah Ilah yang Mahaesa; tidak ada Ilah melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,” (QS Al-Baqarah: 163).

“Haa Miim. Diturunkan dari yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,” (QS Fushshilat: 1-2).

“Dialah Allah yang tiada Ilah selain Dia, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,” (QS Al-Hasyr: 22).

“Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,” (QS An-Naml: 30).

Allah SWT memberikan petunjuk kepada hambaNya melalui nama-namaNya yang baik. [dry/islampos].

Referensi: Ensiklopedi Pengobatan Islam/Sya’ban Ahmad Salim/Pustaka Arafah/2012

Share:

Inilah Tabiat-tabiat Manusia dalam Al-Qur’an


TABIAT memiliki arti watak, budi pekerti, perbuatan yang selalu dilakukan, kelakuan, tingkah laku. Pengertian diatas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Berangat dari arti diatas tabiat manusia merupakan watak atau tingkah lalu yang di miliki setiap manusia. tetapi tabiat manusia itu berbeda-beda.

Dalam Al-Qur’an yang Allah SWT turunkan sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia. Secara gamblang telah jelas tabiat manusia sebagai berikut:

1. Memiliki bentuk penciptaan yang sempurna. Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS At-Tin: 4).

2. Kecintaan kepada lawan jenis dan keluarga. Allah SWT berfirman, “Dijandikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak…,” (QS Ali-Imran: 14).

3. Kecintaan terhadap harta. Allah SWT berfirman, “Dijandikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenagan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga),” (QS Ali-Imran: 14).

Dan dari firman Allah yang lain, “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan,” (QS Al-Fajr: 20).

4. Cenderung memiliki sifat kikir. Dan Allah SWT berfirman, “Dan apabila ia mendapat kebaikan ia sangat kikir,” (QS Al-Ma’arij: 21).

5. Suka berkeluh kesah ketika mendapat kesulitan. sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesulitan ia berkeluh kesah,” (QS Al-Ma’arij: 20).

6. Sering tergesa-gesa. Allah berfirman, “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa,” (QS Al-Isra’: 17)

7. Suka menzalimi diri sendiri dan lupa terhadap RabbNya. Dalam firman Allah SWT, “Sesungguhnya, Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir amanat akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya, manusia itu amat zalim dan bodoh,” (QS Al-Azab: 72).

8. Memiliki kecenderungan untuk berbuat salah atau dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap Anak Adam suka berbuat salah, dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertaubat,” (HR Ibnu Majah).

9. Kecenderungan untuk beragama dan mengagungkan sesuatu(taqdis). Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah setiap manusia lahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi dan Nasrani,” (HR Bukhari). [dry/islampos]

Referensi: Ledakkan Potensi Dirimu!/M. Iwan Januar/Madania Prima/2008

Share:

Surat Al-Falaq, Ini Pelajaran Penting yang Mesti Kita Ketahui


DALAM Al-Quran terdapat banyak surat yang berbeda. Salah satunya ialah surat Al-Falaq. Surat yang posisinya kedua terakhir dalam susunan Al-Quran. Setiap surat dalam Al-Quran mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil. Termasuk pada surat Al-Falaq. Pelajaran penting apa yang bisa kita ambil dari surat tersebut?

Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki,” (QS. Al-Falaq: 1-5).

Beberapa yang penting dari surat ini:

1. Surat ini menanamkan kesadaran kepada setiap manusia agar selalu menyadari bahwa di mana pun dia berada selalu di hadapkan kepada bahaya.

2. Bahaya tersebut muncul dari ciptaan Allah yang sebenarnya diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Namun, bila mereka tidak mampu menggunakannya, maka manfaat tersebut akan berubah menjadi bahaya.

3. Karena rahmat-Nya yang tak terbatas, Allah menyediakan perlindungan bagi semua hamba-Nya dari berbagai bahaya dan menyuruh mereka agar berlindung di bawah naungan-Nya.

4. Tanpa diminta pun, Allah Maha Tahu siapa yang perlu perlindungan-Nya. Namun demikian, Dia memberi jalan kepada kita untuk selalu mendekati-Nya. Maka, ditetapkanlah perintah untuk menyatakan diri sebagai seorang hamba yang selalu berlindung di bawah naungan-Nya. []

Referensi: Setan Pun… Hafal Al-Quran & Pandai Meruqyah/Karya: Dr. Saiful Islam Mubarak/Penerbit: Khazanah Intelektual

Share:

Perempuan Bermimpi Keluar Sperma, Bagaimana?


KITA telah mengetahui bahwasanya lelaki adalah orang yang memiliki sperma untuk membuahi. Sedangkan perempuan hanya sebagai tempat untuk menampungnya. Hingga, ketika sperma itu telah masuk di tempatnya, maka jadilah manusia. Yang nantinya, manusia itu menjadi seorang anak yang dititipkan oleh Allah SWT kepada orang yang mengandung dan membuahinya.

Mengenai akan hal ini, menjadi hal yang ganjil apabila ada seorang perempuan mengeluarkan sperma. Namun ternyata tidak demikian nyatanya. Perempuan juga bisa saja bermimpi mengeluarkan sperma layaknya lelaki.

Apabila seseorang telah beranjak dewasa, maka aktivitas kelejar seksualnya bertambah. Mulailah terproduksi air mani atau sperma. Setelah tertimbun ia akan keluar sendiri di tengah malam. Dan itulah yang disebut ihtilam.

Diterangkan dalam sebuah hadis, “Seorang perempuan datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah seorang perempuan itu wajib mandi (jinabat) jika ia bermimpi keluarkan sperma?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, kalau ia memang melihat perempuan airnya.’ Ummu Salamah pun bertanya, ‘Apakah seorang perempuan akan bermimpi keluarkan sperma?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Berbahagialah kamu dan dengan sesuatu yang menyerupai anaknya’,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bersumber dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW ditanya tentang kasus seorang lelaki yang mendapati basah-basah namun dia tidak ingat apakah dia bermimpi keluar sperma. Beliau menjawab, ‘Dia harus mandi (jinabat).’ Dan (ketika ditanya) tentang kasus seorang lelaki yang merasa yakin bahwa dia telah bermimpi keluarkan air mani atau sperma namun nyatanya dia tidak mendapati basah-basah, beliau menjawab, ‘Tidak ada kewajiban mandi (jinabat) terhadapnya.’ Ummu Sulaim bertanya, ‘Kalau seorang perempuan yang mengalami hal itu, apakah ia wajib mandi (jinabat)?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, sesungguhnya perempuan adalah belahan laki-laki’,” (Diriwayatkan oleh kelompok Imam lima [Imam Ahmad, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Abu Daud]).

Dalam kedua hadis tersebut terdapat petunjuk bahwa seorang perempuan itu bisa bermimpi keluarkan air (mani). Apabila ia memang benar-benar melihatnya, maka ia wajib mandi (jinabat). Akan tetapi, kalau misalnya air tersebut keluar bukan karena syahwat melainkan karena sakit atau karena sebab-sebab lainnya, maka ia tidak wajib mandi. Demikian hukum yang telah disepakati oleh para ulama fiqih.

“Apabila perempuan tadi bermimpi keluarkan air mani, namun ia tidak melihat airnya, maka ia tidak wajib mandi jinabat. Sedangkan kalau air itu keluar setelah ia bangun maka wajib baginya mandi jinabat,” (Lihat Fiqh Al-Mar-at Ai Muslimat [51]). []

Referensi: Petunjuk Jalan Bagi Mukminah/Karya: Ibrahim Muhammad Jamal/Penerbit: Pustaka Al-Kautsar

Share:

Wanita yang Memandikan Jenazah Putri Rasulullah


UMMU Athiyyah Al-Anshariyah. Bak taburan mutiara, riwayat-riwayat hadits menghiasi kehidupannya. Barangkali, seseorang yang membuka halaman demi halaman kitab-kitab hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menemukan nama seorang wanita yang mulia, Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyyah.

Namanya Nusaibah bintu Al-Harits. Dia lebih dikenal dengan kunyahnya, Ummu ‘Athiyyah. Dia salah seorang wanita Anshar yang masuk Islam dan berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berperang bersama kaum muslimin menghadapi kaum musyrikin, Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha turut pula terjun dalam medan pertempuran. Tujuh peperangan dia ikuti bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya Perang Khaibar. Dalam peperangan, dia membuat makanan bagi pasukan, mengobati yang terluka, dan merawat yang sakit.

Dia pula yang memandikan jenazah Zainab, putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ummu ‘Athiyyah menceritakan kejadian waktu itu, “Salah seorang putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal. Beliau pun menyuruh kami untuk memandikannya.

“Mandikanlah dia dengan basuhan ganjil, tiga, lima, atau lebih dari itu kalau kalian pandang perlu. Mandikan jenazahnya dengan air dicampur daun bidara, dan basuhan yang terakhir dicampur dengan sedikit kapur barus. Kalau sudah selesai, beritahu aku,” kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketika kami selesai memandikan, kami memberitahu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau memberikan sarungnya pada kami. “Pakaikanlah sarung ini padanya,” kata beliau. Setelah itu, kami menjalin rambut Zainab menjadi tiga jalinan, di sisi kanan dan kiri serta di ubun-ubunnya. Lalu kami letakkan jalinan rambut itu di belakang punggungnya.”

Kisah ini memberikan pelajaran besar bagi kaum muslimin tentang tata cara memandikan jenazah. Banyak sahabat dan ulama tabi’in yang mengambil faedah dari kisah ini.

Ummu ‘Athiyyah pula yang meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika beliau memerintahkan agar para wanita yang sedang haid turut keluar pada hari raya menuju lapangan tempat ditunaikannya shalat ‘Id bersama seluruh kaum muslimin. Juga ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para wanita sering mengikuti jenazah. Namanya pun tercantum dalam kitab-kitab hadits.

Tak hanya ini ilmu yang diambil oleh Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ‘anha. Bahkan selain mengambil ilmu langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummu ‘Athiyyah meriwayatkan pula dari ‘Umar ibnul Khaththab. Ilmunya pun diwarisi oleh orang-orang setelahnya, di antaranya Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Muhammad bin Sirin, Hafshah bintu Sirin, dan masih banyak lagi.

Kehidupan Ummu ‘Athiyyah bertabur ilmu dari cahaya nubuwwah. Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya.Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Referensi :
– Al-Ishabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar (8/437-438)
– Ath-Thabaqatul Kubra, Al-Imam Ibnu Sa’d (10/422-423)
– Siyar A’lamin Nubala`, Al-Imam Adz-Dzahabi (2/318)
– Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (35/315-316).
– Dinukil dari http://www.asysyariah.com, penulis: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Bintu ‘Imran.

Share:

Sebaik-Baik Wanita Penunggang Unta adalah Wanita Quraisy


UMMU Hani’ bintu Abi Thalib Al-Hasyimiyyah adalah seorang wanita dari kalangan bangsawan Quraisy. Putri paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Thalib Abdu Manaf bin Abdil Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay. Ibunya bernama Fathimah bintu Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf. Dia saudari sekandung ‘Ali, ‘Aqil dan Ja’far, putra-putra Abu Thalib.

Pada hari pembukaan negeri Makkah itu, ada dua kerabat suami Ummu Hani` dari Bani Makhzum, Al-Harits bin Hisyam dan Zuhair bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah, datang kepada Ummu Hani` untuk meminta perlindungan. Waktu itu datang pula ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu menemui Ummu Hani` sambil mengatakan, “Demi Allah, aku akan membunuh dua orang tadi!” Ummu Hani` pun menutup pintu rumahnya dan bergegas menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tengah mandi, ditutup oleh putri beliau, Fathimah radhiallahu ‘anha dengan kain. Ummu Hani` pun mengucapkan salam, hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa itu?”

“Saya Ummu Hani`, putri Abu Thalib,” jawab Ummu Hani`.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyambutnya, “Marhaban, wahai Ummu Hani`!”

Setelah Ummu Hani` berpisah dari suaminya karena keimanan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk meminang Ummu Hani`. Namun dengan halus Ummu Hani` menolak,

“Sesungguhnya aku ini seorang ibu dari anak-anak yang membutuhkan perhatian yang menyita banyak waktu. Sementara aku mengetahui betapa besar hak suami. Aku khawatir tidak akan mampu untuk menunaikan hak-hak suami.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengurungkan niatnya. Beliau mengatakan, “Sebaik-baik wanita penunggang unta adalah wanita Quraisy, sangat penyayang terhadap anak-anaknya.”

Ummu Hani` radhiallahu ‘anha meriwayatkan hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang hingga saat ini termaktub dalam Al-Kutubus Sittah. Dia pun menyebarkan ilmu yang telah dia dulang hingga saat akhir kehidupannya, jauh setelah masa khilafah saudaranya, ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, pada tahun ke-50 H. Ummu Hani` Al-Hasyimiyyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

Referensi :
– Kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi.

Share:

Apa Saja yang Boleh Dikerjakan Wanita?


WANITA adalah manusia juga sebagaimana laki-laki. Wanita merupakan bagian dari laki-laki dan laki-laki merupakan bagian dari wanita, sebagaimana dikatakan Al-Qur’an:

“… sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain …” (QS Ali Imran: 195).

Manusia merupakan makhluk hidup yang diantara tabiatnya ialah berpikir dan bekerja (melakukan aktivitas). Jikatidak demikian, maka bukanlah dia manusia.

Sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan manusia agar mereka beramal, bahkan Dia tidak menciptakan mereka melainkan untuk menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalannya. Oleh karena itu, wanita diberi tugas untuk beramal sebagaimana laki-laki – dan dengan amal yang lebih baik secara khusus – untuk memperoleh pahala dari Allah Azza wa Jalla sebagaimana laki-laki. Allah SWT berfirman:

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), ‘Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…'” (QS Ali Imran: 195)

Siapa pun yang beramal baik, mereka akan mendapatkan pahala di akhirat dan balasan yang baik di dunia:

“Barangsiapa yang mengeryakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS an-Nahl: 97).

Selain itu, wanita – sebagaimana biasa dikatakan – juga merupakan separo dari masyarakat manusia, dan Islam tidak pernah tergambarkan akan mengabaikan separo anggota masyarakatnya serta menetapkannya beku dan lumpuh, lantas dirampas kehidupannya, dirusak kebaikannya, dan tidak diberi sesuatu pun.

Hanya saja tugas wanita yang pertama dan utama yang tidak diperselisihkan lagi ialah mendidik generasi-generasi baru. Mereka memang disiapkan oleh Allah untuk tugas itu, baik secara fisik maupun mental, dan tugas yang agung ini tidak boleh dilupakan atau diabaikan oleh faktor material dan kultural apa pun. Sebab, tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan peran kaum wanita dalam tugas besarnya ini, yang padanyalah bergantungnya masa depan umat, dan dengannya pula terwujud kekayaan yang paling besar, yaitu kekayaan yang berupa manusia (sumber daya manusia).

Semoga Allah memberi rahmat kepada penyair Sungai Nil, yaitu Hafizh Ibrahim, ketika ia berkata:

Ibu adalah madrasah, lembaga pendidikan Jika Anda mempersiapkannya dengan baik Maka Anda telah mempersiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Diantara aktivitas wanita ialah memelihara rumah tangganya membahagiakan suaminya, dan membentuk keluarga bahagia yang tenteram damai, penuh cinta dan kasih sayang. Hingga terkenal dalam peribahasa, “Bagusnya pelayanan seorang wanita terhadap suaminya dinilai sebagai jihad fi sabilillah.”

Namun demikian, tidak berarti bahwa wanita bekerja di luar rumah itu diharamkan syara’. Karena tidak ada seorang pun yang dapat mengharamkan sesuatu tanpa adanya nash syara’ yang sahih periwayatannya dan sharih (jelas) petunjuknya. Selain itu, pada dasarnya segala sesuatu dan semua tindakan itu boleh sebagaimana yang sudah dimaklumi.

Berdasarkan prinsip ini, maka saya katakan bahwa wanita bekerja atau melakukan aktivitas dibolehkan (jaiz). Bahkan kadang-kadang ia dituntut dengan tuntutan sunnah atau wajib apabila ia membutuhkannya. Misalnya, karena ia seorang janda atau diceraikan suaminya, sedangkan tidak ada orang atau keluarga yang menanggung kebutuhan ekonominya, dan dia sendiri dapat melakukan suatu usaha untuk mencukupi dirinya dari minta-minta atau menunggu uluran tangan orang lain.

Selain itu, kadang-kadang pihak keluarga membutuhkan wanita untuk bekerja, seperti membantu suaminya, mengasuh anak-anaknya atau saudara-saudaranya yang masih kecil-kecil, atau membantu ayahnya yang sudah tua – sebagaimana kisah dua orang putri seorang syekh yang sudah lanjut usia yang menggembalakan kambing ayahnya, seperti dalam Al-Qur’an surat al-Qashash:

“… Kedua wanita itu menjawab, ‘Kami tidak dapat meminumi (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.'” (QS al-Qashash: 23)

Diriwayatkan pula bahwa Asma’ binti Abu Bakar – yang mempunyai dua ikat pinggang – biasa membantu suaminya Zubair bin Awwam dalam mengurus kudanya, menumbuk biji-bijian untuk dimasak, sehingga ia juga sering membawanya di atas kepalanya dari kebun yang jauh dari Madinah.

Masyarakat sendiri kadang-kadang memerlukan pekerjaan wanita, seperti dalam mengobati dan merawat orang-orang wanita, mengajar anak-anak putri, dan kegiatan lain yang memerlukan tenaga khusus wanita. Maka yang utama adalah wanita bermuamalah dengan sesama wanita, bukan dengan laki-laki.

Sedangkan diterimanya (diperkenankannya) laki-laki bekerja pada sektor wanita dalam beberapa hal adalah karena dalam kondisi darurat yang seyogianya dibatasi sesuai dengan kebutuhan, jangan dijadikan kaidah umum.

Apabila kita memperbolehkan wanita bekerja, maka wajib diikat dengan beberapa syarat, yaitu:

1. Hendaklah pekerjaannya itu sendiri disyariatkan. Artinya, pekerjaan itu tidak haram atau bisa mendatangkan sesuatu yang haram, seperti wanita yang bekerja untuk melayani lelaki bujang, atau wanita menjadi sekretaris khusus bagi seorang direktur yang karena alasan kegiatan mereka sering berkhalwat (berduaan), atau menjadi penari yang merangsang nafsu hanya demi mengeruk keuntungan duniawi, atau bekerja di bar-bar untuk menghidangkan minum-minuman keras – padahal RasulullaH SAW telah melaknat orang yang menuangkannya, membawanya, dan menjualnya. Atau menjadi pramugari di kapal terbang dengan menghidangkan minum-minuman yang memabukkan, bepergian jauh tanpa disertai mahram, bermalam di negeri asing sendirian, atau melakukan aktivitas-aktivitas lain yang diharamkan oleh Islam, baik yang khusus untuk wanita maupun khusus untuk laki-laki, ataupun untuk keduanya.

2. Memenuhi adab wanita muslimah ketika keluar rumah, dalam berpakaian, berjalan, berbicara, dan melakukan gerak-gerik.

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkanperhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak daripadanya …'” (QS an-Nur: 31 )

“… dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahuiperhiasan yang mereka sembunyikan …”(QS an-Nur: 31 )

“… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehinggaberkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, danucapkanlah perkataan yang baik” (QS al-Ahzab: 32)

3. Janganlah pekerjaan atau tugasnya itu mengabaikan kewajibankewajiban lain yang tidak boleh diabaikan, seperti kewajiban terhadap suaminya atau anak-anaknya yang merupakan kewajiban pertama dan tugas utamanya. [dry/islampobia].

Referensi: E-book Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid 1/DR. Yusuf al-Qaradhawi/ Gema Insani Press.

Share:

Gunakan Hijab, Cegah Penuaan Dini


HIJAB adalah salah satu yang digunakan oleh seorang perempuan muslimah untuk menutupi auratnya. Penggunaannya ini wajib bagi setiap muslimah, sebab membuka aurat itu sama saja seseorang tidak bisa menjaga kehormatan dirinya. Maka, jangan salahkan orang lain, jika dosa yang akan Anda terima lebih banyak akibat aurat yang dipertontonkan secara gratis.

Allah SWT tidak semata-mata memerintahkan kepada kita untuk menutup aurat. Tentunya ada hikmah di balik itu yang memang bermanfaat sekali bagi kita. Nah, selain untuk menjaga kehormatan, menggunakan hijab juga bisa sebagai pencegah untuk penuaan dini. Kok bisa?

Penjelasan ilmiah dari keterangan tersebut yakni semakin tua usia, maka akan terjadi penumpukan pigmen dan kelainan kolagen yang semakin banyak. Sehingga, kulit akan kehilangan kelenturannya dan timbul keriput.

Proses penuaan di atas bisa dipercepat jika kulit terpapar sinar matahari. Karena, sinar matahari dapat menimbulkan kerusakan protein dan asam amino yang merupakan struktur utama kolagen dan menibulkan kelainan pigementasi. So, memakai penghalang sinar matahari dengan hijab, sangat bermanfaat. []

Referensi: Tau Gak Sih Islam Itu Sehat?/Karya: Dr. Faza Khilwan Amna, MMR dan Dr. Hendri Okarisman/Penerbit: Aqwamedika

Share:

Ingin Hidup Sehat? Shadaqahlah


HIDUP sehat adalah impian bagi setiap insan. Tak ada satu orang pun di dunia ini yang ingin merasakan lemahnya tubuh, sebab itu akan menghambat aktivitasnya selama hidup di dunia. Sehat itu memanglah mahal, tapi banyak orang yang melalaikannya dengan tidak memperdulikan kesehatan. Untuk itu, agar menambah keberkahan hidup juga menjadi penguat daya tahan tubuh, salah satu cara yang dapat Anda lakukan ialah shadaqah.

Rasulullah SAW bersabda, “Obatilah orang yang sakit dengan shadaqah. Bentengilah harta yang kamu miliki dengan zakat dan tolaklah marabahaya dengan doa,” (HR. Baihaqi).

Sabda kanjeng Nabi SAW merupakan sebuah inspirasi besar yang bisa kita lakukan dalam kehidupan ini, sebab banyak orang yang hidupnya tegar dan sehat selalu, dijauhkan dari berbagai macam penyakit hanya karena mereka rajin shadaqah. Kita bisa membuktikan dalam kehidupan sehari-hari, jika anak kita sakit, bisa kita menyembuhkannya dengan shadaqah.

Agus Syafi’i (2007) pernah berkisah, pada satu hari ada orang menghubunginya. Orang itu bertanya, “Apakah saya boleh bergabung dengan orang-orang shalih?” “Ya, boleh dong, Pak,” jawabnya. “Saya Chinese lho Mas,” katanya. “Di mata Allah semua hamba-Nya sama yang membedakan ketakwaannya.”

Bapak itu bercerita bahwa dirinya terheran kenapa banyak orang beranggapan shadaqah itu ajaib. Bahkan ada seorang temannya yang pedagang, rajin mengamalkan ibadah shadaqah tiap hari Jum’at. Sampai dia menanyakan pada temannya apa keajaibannya shadaqah. Shadaqah itu membuat hidup saya menjadi sehat, jawab temannya. Kok bisa? Iya, sebab shadaqah membuat tidur menjadi nyeyak dan makan enak.

Awalnya dia ragu untuk bershadaqah, namun sampai akhirnya dirinya mendapatkan hidayah Allah di saat usianya menjelang senja. Sekarang dia malah memilih hidupnya untuk membantu fakir miskin dengan membantu keterampilan orang-orang sekitarnya. Keputusan untuk membantu orang-orang yang ada di sekitarnya adalah rezeki tersendiri yang akan menjadikan kehidupannya semakin tenang dan tegar.

Kesehatan ternyata merupakan sebuah rezeki yang sangat besar. Coba bayangkan, bagaimana kita dapat mengerjakan semua tugas keseharian dengan sebaik-baiknya jika sakit? Karena itulah kita seharusnya segera menyadari bahwa shadaqah memang dapat memberikan faedah yang luar biasa bagi kehidupan kita ke depan. []

Referensi: Selamatkan Dirimu dari Siksa Kubur/Karya: H.M. Amrin Ra’uf/Penerbit: DIVA Press

Share:

Berkata Baik pada Orang Lain, Bentuk Sedekah Raga


SEDEKAH merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Allah SWT, dan juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hanya saja, terkadang kita hanya berpikir bahwa sedekah itu berarti mengeluarkan materi atau berupa barang yang ada pada diri kita. Padahal, tidak selamanya seperti itu. Kita juga bisa bersedekah menggunakan anggota badan. Dan salah satunya ialah dengan berkata baik pada orang lain.

Di antara bentuk sedekah anggota badan adalah ucapan yang baik. Allah telah menjadikan ucapan lembut dan baik sebagai kualifikasi turunnya rahmat Allah. Tidak ada kata maisuuran (yang pantas/ baik) dalam Al-Quran kecuali untuk menyebutkan perbuatan ini. Lalu Allah menjadikannya sebagai sifat dalam ucapan. Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas,” (QS. Al-Isra’: 28).

Kita tidak hanya diperintahkan berkata baik kepada sesama muslim, bahkan sewaktu kita menyampaikan kebenaran (berdakwah) kepada orang-orang selain Islam pun kita diperintahkan menggunakan kata-kata yang baik. Inilah yang pernah diperintahkan Allah kepada Musa dan Harun agar berkata kepada Firaun dengan perkataan yang pantas dan baik, “Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut,” (QS. Thaha: 43-44).

Lihatlah betapa mulianya agama ini. Firaun adalah orang yang melampaui batas dan sombong. Meski demikian, Allah memerintahkan Musa dan Harun agar berkata baik kepadanya. Akan tetapi, semua ini tentunya dilakukan dalam rangka dakwah kepada Allah dan menyampaikan kebenaran, tidak untuk menjilat atau mencari muka.

Perkataan yang baik akan menggerakkan manusia, sementara perkataan yang buruk akan menghentikannya. Betapa banyaknya ucapan baik yang menyebabkan orang masuk surga. Sebaliknya, betapa banyaknya juga ucapan buruk yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. []

Sumber: 40 Pesan Nabi Untuk Setiap Muslim/Karya: Fahrur Mu’is, M. Ag dan Muhammad Suhadi, Lc/Penerbit: Taqiya Publishing

Share:

Berbicara yang Baik pun adalah Sedekah


DIRIWAYATKAN dari Adi bin Hatim RA., “Ketika aku sedang duduk bersama Rasulullah SAW, dua orang laki-laki menemui Rasulullah SAW; salah seorang dari mereka mengeluhkan kemiskinan dan yang lainnya mengeluhkan mewabahnya perampokan.

Rasulullah Saw bersabda, “Mengenai pencurian dan perampokan, dalam waktu dekat akan ada sebuah kafilah yang menuju Makkah (dari Madinah) tanpa pengawal. Dan mengenai kemiskinan, hari kiamat tidak akan datang hingga salah seorang dari kalian berkeliling untuk menyedekahkan kekayaannya dan tidak akan menemukan seorangpun yang menerimanya.

Dan salah seorang dari kalian akan berdiri di hadapan Allah tanpa penghalang atau pun penterjemah, dan Allah akan bertanya kepadanya, ‘Bukankah telah Kuberikan kekayaan kepadamu?’

Ia akan menjawab membenarkan. Lebih jauh Allah akan bertanya kepadanya, ‘Bukankah telah Kukirimkan seorang Rasul kepadamu?’. Ia akan menjawab dengan membenarkan.

Kemudian ia akan melihat ke sebelah kanannya dan yang ia lihat api neraka, dan ketika ia melihat ke arah kirinya yang ia lihat api neraka. Maka selamatkanlah diri kalian dari api neraka, meskipun dengan memberikan separuh kurma (sebagai sedekah). Dan seandainya kalian tidak memilki separuh kurma pun (sebagai sedekah) maka bicaralah dengan kata-kata yang menyenangkan.” [hd/islampos]

Share:

Takut Miskin karena Sedekah


MANUSIA mempunyai sifat kikir dalam dirinya. Inilah yang kemudian menyebabkan manusia enggan meminjamkan hartanya di jalan Allah. Banyak di antara kita yang mempunyai harta kekayaan yang melimpah namun enggan untuk menyedekahkannya.

Banyak di antara manusia yang telah kaya raya dan enggan untuk menafkahkannya di jalan Allah dengan alasan takut miskin. Inilah pula yang Allah firmankan dalam Al-Quran,

“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum (Melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah shalat, dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al=Mujaadilah 58:13)

Pada umumnya, mereka yang enggan bersedekah dikarenakan takut jika hartanya habis. Padahal itu adalah tipuan setan semata. Setan membuatnya merasa was-was jika hartanya diberikan di jalan Allah maka ia akan miskin.

Padahal kita sama-sama tahu bahwa Allah akan membalas harta yang kita keluarkan di jalan-Nya dengan berlipat ganda. Tapi banyak di antara kita yang tidak mau melaksanakannya. Hanya sedikit orang-orang yang mau menafkahkan hartanya di jalan Allah. Padahal, andai manusia tahu bahwa orang-orang yang berada di dalam kubur kini sedang berteriak ingin kembali ke dunia untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah.

Maka, manakah yang akan kita pilih? Menyesal ketika sudah di alam kubur atau menyedekahkan harta di jalan Allah? [hd/islampos]
Share:

Mengungkit Pemberian, Merusak Kebaikan


ALLAH SWT sangat menyenangi orang-orang yang mau memberikan sedikit dari harta yang ia miliki untuk orang-orang yang membutuhkan. Hal ini termasuk pada salah satu sifat terpuji, yakni dermawan. Orang yang melakukan akan hal ini juga dapat dikatakan sebagai orang yang melakukan kebaikan. Maka dari itu, Allah SWT juga akan memberikan pahala atas kebaikannya.

Harus kita ketahui, bahwasanya segala apa yang kita beri itu tidak perlu kita ingat, apalagi sampai dicatat dalam buku khusus, misalnya. Sebab, kita harus yakin adanya Malaikat yang telah ditugaskan oleh Allah SWT untuk mencatat segala amal perbuatan kita, dan kita tidak akan dirugikan sedikit pun.

Meski begitu, banyak pula di antara kita yang masih saja mengungkit-ngungkit apa yang telah diberikan pada orang lain. Sehingga, orang yang tidak mengetahuinya menjadi tahu. Ini adalah hal yang bisa menggugurkan kebaikan kita. Hingga, amal yang tadinya bernilai baik di mata Allah menjadi suatu hal yang tak ada nilainya.

Sebagaimana dikatakan oleh Abu Hatim RA, “Mengungkit-ngungkit pemberian itu merusak kebaikan.”

Oleh sebab itu, janganlah kita melakukan segala sesuatu secara sia-sia. Kita harus mampu melakukannya dengan memiliki nilai ibadah di dalamnya. Seperti halnya sedekah, jangan kita gugurkan nilai kebaikan di dalamnya dengan cara mengungkit-ngungkit. Jika kita mampu melakukannya, maka insya Allah, Allah akan melimpahkan pahalanya kepada kita.

Abu Hatim RA berkata, “Barangsiapa tidak mengungkit-ngungkit pemberian, maka akan dilimpahkan pahalanya.”

Referensi: Ensiklopedi 1000 Nasihat Para Ulama/Karya: Mubasysyiroh Binti Mahrus Ali/Penerbit: Zam Zam Mata Air Ilmu

Share:

Sedekah Sejumlah Setengah Liter Bensin Diganti Uang 1 Juta Rupiah


KISAH nyata ini terjadi di Jawa Tengah. Hari itu, seorang lelaki tengah mengengkol vespanya, tapi tak kunjung bunyi. “Jangan-jangan bensinnya habis,” pikirnya. Ia pun kemudian memiringkan vespanya dan akhirnya vespa itu bisa distarter. Bensin vespanya memang sudah akan habis. Pikirannya berkecamuk antara beli bensin dulu atau langsung ke tempat pengajian yang menjadi tujuannya. Akhirnya, ia memutuskan untuk langsung ke pengajian.

“Tidak akan berkurang harta karena sedekah, bahkan ia akan bertambah, bahkan ia bertambah, bahkan ia bertambah,” kata Sang Kyai di pengajian itu, yang ternyata sedang membahas sedekah. Setelah menerangkan tentang keutamaan sedekah, Sang Kyai mengajak hadirin untuk bersedekah. Lelaki yang membawa Vespa itu ingin bersedekah juga, tetapi uangnya tinggal seribu rupiah. Uang segitu, pada zaman itu, hanya cukup untuk membeli bensin setengah liter. Setan menggodanya hingga ia ragu. Ya bagaimanapun, kalau uang itu disedekahkan, sudah dipastikan ia tidak akan bisa membeli bensin dan harus mendorong Vespa-nya. Namun, akhirnya dengan mantap ia mensedekahkan uang itu.

Benar saja, selepas pengajian, belum juga jauh dari tempat pengajian, motornya kehabisan bensin. Setan kembali menggoda. Kali ini supaya pelaku sedekah menyesali perbuatannya. Akan tetapi, subhanallah, orang ini hebat. “Mungkin emang sudah waktunya mendorong,” begitu pikirnya. Matanya kemudian berkaca-kaca, “Enggak enak jadi orang susah, Baru sedekah seribu saja sudah dorong motor.” Namun, baru sepuluh langkah ia mendorong motor, tiba-tiba sebuah mobil Kijang berhenti setelah mendahuluinya. Kijang itu kemudian mundur dan pengemudi Kijang ternyata teman lamanya. Diajaklah lelaki itu untuk membeli bensin.

Sesampainya di pom bensin, si pengemudi Kijang membeli air minum botol. Setelah airnya diminum, botolnya diisi bensin. Satu liter. Subhanallah, sedekah lelaki itu kini dikembalikan Allah dua kali lipat. Karena teman lama, mereka mengobrol banyak tentang kesusahan masing-masing. Rupanya, sang teman lama itu simpati dengan kondisi si pemilik vespa.

Begitu sampai di tempat Vespa diparkir, si pemilik Kijang merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah amplop. “Mas, titip ya. Jangan dilihat di sini isinya. Saya juga belum tahu isinya berapa,” Bonus dari perusahaan itu memang belum dibukanya. Sesampainya di rumah, betapa terkejutnya lelaki pemilik Vespa itu. Amplop pemberian temannya itu isinya satu juta rupiah. Seribu kali lipat dari sedekah yang baru saja dikeluarkannya. Sungguh luar biasa! Bersedekah seribu rupiah langsung diganjar seribu kali lipat oleh Allh Swt. [Diolah dari buku Kun Fayakun 2 karya Yusuf Mansur]

Share:

Dengan Sedekah, Bahagia akan Bertambah


DIKISAHKAN, seorang Syekh sedang berjalan-jalan bersama muridnya di sebuah taman. Tiba-tiba, keduanya melihat sepasang sepatu lusuh tergeletak di sudut jalan. Setelah mengamati di sekitar tempat tersebut, tak ada seorang pun di sana.

Mereka yakin itu adalah sepatu tukang kebun, yang lagi menyelesaikan pekerjaannya di dalam kebun. Sang murid mempunyai niatan jahil dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun tersebut.

Tentu saja usulan tersebut ditolak, sang Guru berkata “Muridku, tidak pantas kita menghibur diri dengan menertawakan orang kecil. Kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Coba masukkan beberapa lembar uang kertas dalam sepatunya, lalu kamu saksikan bagaimana respon tukang kebun itu.”

Tidak berselang lama, datanglah pekerja kebun itu sambil mengibas-ngibaskan debu dari pakaiannya. Ketika memasukkan kaki dalam sepatu, ia terperanjat. Ada sesuatu di dalamnya. Ternyata itu adalah uang. Ia memutar pandangannya ke segala penjuru, tapi tak ada seorang pun di sana. Lalu, sambil berlutut dan menangis, dia berteriak, seolah-olah bicara kepada Allah, “Aku bersyukur kepada-Mu, ya Allah. Wahai Yang Maha Pemberi Rizki, istriku lagi sakit dan anak-anakku sedang menderita kelaparan. Mereka belum mendapat jatah makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkan mereka Ya Allah.”

Sementara di balik semak-semak, sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya berurai, antara haru dan senang tiada terkira.
Syekh lalu berujar pelan, “Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih?” Muridnya menjawab, “Sekarang aku baru paham makna ajaranmu yang dulu pernah kau ajarkan kepada kami. Saat memberi, kita akan mendapatkan kebahagiaan lebih banyak dari pada ketika kita memperoleh sesuatu.”

Berdasarkan kisah inspiratif yang diberitakan oleh Nu Online di atas, kita dapat mengambil arti penting bersedekah. Sebagaimana dituliskan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 271, “Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dengan begitu, marilah bersedekah! Sedekah tidak akan membuat kita kekurangan, melainkan Allah tambahkan lagi nikmat pada kita. [sm/islampos]

Share:

Perkataan Tidak Sesuai dengan Ucapan, Ini Azabnya di Akhir Zaman


SERING sekali kita menemukan orang yang hanya mampu berbicara akan tetapi tidak sesuai dengan perbuatannya. Mereka seolah-olah benar dengan apa yang dilakukannya itu. Padahal, yang diucap dan diperbuat bertolak belakang. Hal inilah yang membuatnya akan merasakan pedihnya azab di akhir zaman. Sebab, orang yang seperti ini sangat merugikan orang lain dan dirinya sendiri, bahkan Allah pun kecewa padanya.

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Akan didatangkan seseorang kemudian dia dilemparkan ke neraka. Maka dia di sana berputar seperti berputarnya keledai di tempat penggilingannya, hingga para penduduk neraka berkumpul mengelilinginya. Mereka berkata kepadanya, ‘Wahai Fulan bukankah engkau dulu di dunia yang menyuruh kami ke yang baik dan melarang kami dari yang mungkar?’”

Usamah mengatakan, dia menjawab, “Aku dulu menyuruh kamu kepada yang baik (tapi) aku tidak melakukannya. Dan aku melarang kamu dari yang buruk, (tapi) aku melakukannya,” (Shahiihul Jami’).

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pada malam Isra aku dibawa ke beberapa kaum yang lidah mereka dipotong dengan gunting api. Setiap kali selesai dipotong, lidah itu kembali lagi.

Aku berkata, ‘Siapakah mereka itu, wahai Jibril?’ Jibril berkata, ‘Mereka adalah para pembicara dari kalangan umatmu yang mereka mengucapkan apa yang tidak mereka lakukan dan mereka membaca Kitabullah, tapi tidak mengamalkannya’,” (Shahiihul Jami’: 128). []

Sumber: 1001 Siksa Alam Kubur/Karya: Ust. Asan Sani ar Rafif/Penerbit: Kunci Iman

Share:

Tinggalkan Shalat, Ini Kehinaan bagi Mereka


ALLAH SWT memerintahkan kepada kita selaku umat Muslim di dunia ini untuk senantiasa mengerjakan shalat lima waktu. Kewajiban ini tidak akan memakan waktu lama dalam sehari. Sebab, jumlah rakaat yang memang kini terbilang sedikit dan waktunya pun di saat-saat santai, maka akan lebih memudahkan kita untuk melaksanakannya.

Meski begitu, ternyata masih banyak pula orang Muslim yang lalai bahkan meninggalkan kewajiban yang satu ini. Padahal, segala bentuk kemudahan telah Allah berikan. Dan harus kita ingat, bahwasanya Allah tak akan memerintahkan sesuatu jika tidak ada kandungan manfaat di dalamnya. Dan akan sangatlah rugi jika kita meninggalkannya.

Tahukah Anda, bahwa orang yang meninggalkan shalat itu akan mendapatkan kehinaan. Baik itu di dunia maupun di akhirat. Apa sajakah bentuk kehinaan yang akan mereka terima?

Di dunia;

1. Allah SWT menghilangkan berkat dari usaha dan rezekinya.
2. Allah SWT mencabut Nur orang-orang mukmin (shaleh) dari pada (wajah)nya.
3. Maka akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.

Di saat sakaratul maut;

1. Ruh dicabut ketika berada di dalam keadaan yang sangat haus.
2. Akan merasakan azab yang amat pedih ketika ruh dicabut keluar.
3. Maka akan meninggal dunia dengan cara yang buruk (su’ul khatimah).
4. Akan dirisaukan dan akan hilang imannya.

Pada saat di alam barzakh;

1. Akan merasa susah (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta meneriman hukuman) dari Malaikat Mungkar dan Nakir yang sangat menakutkan.
2. Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
3. Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya berkumpul (seperti jari bertemu jari).
4. Siksaan oleh binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking dan lipan.

Malaikat Jibril AS, telah menemui Nabi Muhammad SAW, dan berkata, “Ya Muhammad… Tidaklah diterima bagi orang yang meninggalkan shalat yaitu: Puasanya, shadaqahnya, zakatnya, hajinya dan amal baiknya.”

Dan orang yang meninggalkan shaat akan diturunkan kepadanya tiap-tiap hari dan malam seribu laknat dan seribu murka. Begitu juga para malaikat di langit ke-7 akan melaknatnya. []

Sumber: 1001 Siksa Alam Kubur/Karya: Ust. Asan Sani ar Rafif/Penerbit: Kunci Iman

Share:

Meminta-minta, Melelehkan Daging Wajah pada Hari Kiamat


ALLAH memberikan kenikmatan yang amat luar biasa kepada manusia. Kita diberikan akal dan pikiran serta tubuh yang sehat dan kuat. Inilah yang menjadi bekal bagi manusia untuk menjalankan kehidupannya di dunia. Terutama dalam hal mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hanya saja, tak sedikit kita menemukan orang-orang yang enggan bersusah payah dalam mencari rezeki. Mereka cenderung ingin mendapatkan sesuatu secara instan tanpa harus bermodal besar, juga tidak membutuhkan banyak tenaga. Ya, hanya ada satu pekerjaan yang demikian, yakni meminta-minta.

Meminta-minta memang tidak memerlukan modal yang besar, juga tidak pula membutuhkan tenaga yang ekstra. Sebab, orang yang meminta-minta menjadi orang yang banyak dikasihani oleh banyak orang. Hingga, untuk mendapatkan rupiah tak sesulit seperti apa yang dilakukan pekerja pada umumnya.

Namun demikian, apa yang dilakukan oleh orang yang kuat dan sehat untuk meminta-minta itu sangat dibenci oleh Allah SWT. Maka, ketika ia merasa mendapatkan kebahagiaan di dunia, belum tentu kebahagiaan itu ia rasakan pula di akhirat. Kemudahan yang selama ini ia rasakan, di sana akan jauh berbeda. Bahkan, sakit dan pedihlah yang akan mereka rasakan. Salah satunya, pada hari kiamat daging wajah mereka meleleh.

Al-Bukhari menyebutkan sanad riwayat ini secara ta’liq di tempat lain dalam Kitab Shahih. Ia menyebutkan dalam kitab zakat; Yahya bin Bukair bercerita kepada kami, laits bercerita kepada kami, dari Ubaidullah bin Abu Ja’far, aku mendengar Hamzah bin Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang hamba terus meminta-minta pada orang lain, hingga ia datang pada hari kiamat (dalam kondisi) di wajahnya tidak ada satu pun potongan daging.”

Beliau bersabda, “Sungguh, matahari mendekat pada hari Kiamat, hingga keringat (manusia) mencapai setengah telinga. Saat mereka berada dalam keadaan seperti itu, mereka meminta pertolongan kepada Adam, setelah itu Musa dan setelah itu Muhammad.”

Abdullah bin Yusuf menambahkan, Laits bercerita kepadaku, dari Abu Ja’far, “Nabi SAW menjadi perantara (seluruh manusia) agar (Allah) memutuskan perkara di antara sesama makhluk. Beliau berjalan hingga meraih lingkaran pintu. Pada hari itu, Allah menempatkan beliau di tempat terpuji yang dipuji seluruh manusia yang tengah berkumpul (di padang mahsyar).”

Ibnu Jarir juga meriwayatkan hadis ini dari Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam, dari Syuaib bin Laits, dari ayahnya, dengan matan serupa. Wallahu ‘alam. []

Sumber: Bencana dan Peperangan Akhir Zaman Sebagaimana Rasulullah SAW Kabarkan/Karya: Ibnu Katsir/Penerbit: Ummul Qura

Share:

Hari Pertama di Alam Kubur, Mayit Didatangi Rauman


SETIAP yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Itu berarti seseorang yang semasa hidupnya berada di atas tanah, dan melakukan segala sesuatu untuk hidupnya, kini harus kembali ke dalam perut bumi. Tanah yang dulu kita inak-injak, saat itu menjadi tempat istirahat untuk kita hingga menjelang hari kiamat.

Memasuki ruangan yang asing pada hari pertama tentu rasa resah dan gelisah akan senantiasa menghantui diri kita. Apalagi, kita tahu bahwa di dalam tanah itu penuh dengan hewan-hewan yang tidak bersahabat baik dengan manusia, juga suasana yang gelap dan pengap semakin menambah ketidaknyamanan. Lalu, seperti apa gambaran hari pertama di alam kubur itu?

Di dalam kitab Daqaiq al-akbar diceritakan mengenai keadaan mayit di alam kubur pada hari pertama ini.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam, sebelum mayit bertemu dengan Munkar dan Nakir, mayit didatangi oleh malaikat bernama Rauman yang wajahnya bersinar bagaikan matahari. Rauman mendatangi mayit dan duduk lalu berkata, “Tulislah apa yang telah engkau lakukan, baik dan jelek.”

Mayit berkata, “Dengan apa aku menulis, mana penda dan tintaku?” Rauman lalu berkata, “Ludahmu adalah tintamu dan jari-jarimu adalah penamu.” Mayit berkata, “Pada apa aku menulis, sedangkan aku tidak mempunyai lampiran.” Malaikat kemudian memotong kain kafan dan memberikannya pada mayit, ia berkata, “Ini lampiranmu, maka tulislah.” Maka mayit menulis amalnya yang baik, ketika sampai pada amalnya yang jelek ia malu kepada malaikat tersebut.

Malaikat langsung berkata, “Wahai orang yang salah, kenapa kamu tidak malu kepada Dzat yang menciptakan kamu ketika kamu melakukannya di dunia dan sekarang kamu malu kepadaku?” Malaikat kemudian mengangkat batang kayu lalu memukulnya. Mayit berkata, “Bangkitkan aku sehingga aku menulisnya.”

Kemudian ia menulis semua amal baik dan jeleknya. Malaikat Rauman lalu menyuruhnya agar melipat dan mengecapnya, kemudian mayit itu melipatnya dan berkata, “Dengan apa aku mengecapnya, sedangkan aku tidak punya cap?” Malaikat berkata, “Caplah dengan kukumu.” Maka ia mengecapnya dengan kukunya dan menggantungkannya di lehernya sampai hari kiamat.

Sungguh beruntunglah bagi mereka yang selama hidup di dunia senantiasa mengingat Allah dalam setiap aktivitasnya. Ketika hendak berbuat maksiat maka ia bersegera beristighfar dan kemudian kembali mengingat Allah. []

Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Karya: Jubait Tablig Syahid/Penerbit: Cable Book

Share:
.
.
.

ARSIP

.

Copyright © Berjaya Islam | Powered by Blogger Design by PWT | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com